Cara Memelihara Living Stone

Memelihara living stone, nama tenar keluarga Lithops sp bukan hal mudah. Dibandingkan sukulen lain, tanaman unik berbentuk
sama batu itu kudu perawatan khusus. Jika tak hati-hati, didalam saat itu juga mampu membusuk dan mati.

Saya tak dulu berhasil menanamnya,” ujar Pami Hadi, pekebun kaktus dan sukulen. Pengalaman pahit dulu dialaminya sebagian kali.
Terakhir, sejumlah living stone impir yang isi nurseri di Lembang, Bandung, terpaksa dibuang lantaran tiba-tiba membusuk. Padahal tanaman itu baru “menginap” sebagian minggu di nurserinya.

Peristiwa layaknya itu bukan perihal pertama. Sebelumnya Pami yang juga penganggrek itu tersandung persoalan serupa.
Oleh karena itu ia tak berkenan mengulang kegagalan. Saat sukulen impor itu tiba, ia mewanti-wanti para stafnya untuk merawatnya secara ekstra.
Namun, apa kekuatan tanaman yang sehari pada mulanya sehat dan subur mendadak mati. “Padahal banyak costumer yang berminat,” kata pemilik Venita Nurseri itu.

Akibat Celah

Kasus gagal layaknya itu banyak juga dialami pengagum tanaman hias dan pekebun sukulen lain. Menurut Pami, celah yanga da di tanaman menjadi kendala.
Air siraman yang masuk di pada tanaman sering lambat mengering.
Akibatnya tanaman enteng membusuk. Selain itu kondisi media kudu dijaga sehingga tak lembap dan becek.
Lantaran segi susah yang tinggi, cuma hobiis bersama jam terbang tinggi yang mampu menyelami keperluan optimumnya. Salah satunya, Ny. Yayan, pengagum kaktus di Kebonjeruk, Jakarta.



Menurut ibu yang udah lama bergelut bersama kaktus dan sukulen.
“Tanaman ini tidak berduri dan bentuknya lucu.” Ia mengaku iklim Jakarta “ramah” bersama living stone plant koleksinya. Berbeda bersama kondisi kaktus-kaktus yang selama ini banyak isi nurseri kecilnya. Ia mengeluhkan iklim Jakarta yang semakin tak bersahabat bersama kaktus.
“saya sedih melihat duri-duri mereka tampak merana,” kata Yayan.



Untuk menyingkirkan kesedihannya, Lihops sp menjadi pelipur lara.
Untuk hobiis ini tak ada susah bermakna saat merawatnya. Sejak didatangkan sebagian tahun selanjutnya berasal dari Jepang, tampilan tanaman selalu prima. “Perlakuan saya hampir sama bersama kaktus lain” ucap kolektor yang sering berburu kaktus dan sukulen ke Jepang.

Pasir Utama

Kondisi nurseri Yayan dibuat sedemikian rupa untuk memanjakan sukulen. Meski di daerah terbuka, setinggi 3 – 4 m dibuat naungan net 60 %. Tanaman disusun rapi didalam rak bersih yang punya kisi dan lubang di anggota bawah. Dengan demikian air siraman mampu langsung jatuh dan tidak menggenang.
Sirkulasi hawa dibuat selancar mungkin, sehingga iklim tak lembap dan jadi menjadi kering.

Lokasi nurseri yang menjadi panas sesungguhnya pas.
Air menjadi enteng menguap dan tidak sempat ngendon lama di media dan celah tanaman.
Yayan yang juga meramu media khusus. “Saya gunakan campuran arang sekal dan pasir malang, 30 berbanding 70,” ujarnya. Di lapisan atas diberi kerikil berukuran kecil sebagai “penyaring”.

Media yang demikian porous
berikan kebebasan air untuk bergerak lancar. Yayan sengaja tidak menambahkan pupuk kandang sebagai tambahan. Sifat pupuk yang mampu memegang air bisa-bisa menjadi bumerang.

Saat menyiram air pun kudu
cara khusus. 
Ketika musim kemarau tiba, frekuensi penyiraman mampu dilakukan sesering mungkin. Pasanya air yang barangkali ke celah mampu langsung mengering 1 – 2 jam. Berbeda perlakuan saat musim hujan datang. Penyiraman cuma diberikan seperlunya. Bisa menjadi didalam 1 – 2 minggu tak dilakukan, tetapi hal itu bergantung pada kondisi media sendiri.

Agar aman, mampu juga dilakukan penyiraman berasal dari bawah.
Artinya, dukungan air diberikan di alas pot. Sehingga media di anggota atas tidak sama sekali terkena siraman air. Dengan cara tersebut, daun sama sekali tidak tersentuh air. Alhasil bersama perawatan seksama, livingstone selalu sehat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mudah Jinakkan Burung Perkutut

Sejarah Ayam sebagai Simbol kekuasaan